Logo

Rabu, 30 Januari 2019

MATERIAL BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

ARSITEKTUR 

MATERIAL BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

Menurut Green building Council Indonesia (GBCI), Green Building adalah bangunan baru ataupun bangunan lama, yang direncanakan dibangun, dan dioperasikan dengan memperhatikan faktor-faktor keberlanjutan lingkungan. Green building merupakan bagian dari sustainable building yang bertujuan untuk meningkatkan nilai suatu bangunan yang berfungsikeseluruhan, baik bangunan atau penghuni untuk lingkungan. Green building tidak hanya mengenai bangunan dengan banyak taman atau tanaman, namun juga mengenai tahapan sumber, produksi, penggunaan produk serta pembuangan. Green material mengambil material produksi lokal, dengan maksimal jarak hanya 1000 kilometer. Dan penggunaan material ramah lingkungan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pemanfaat material lokal dan pemanfaatan bahan daur ulang.



Disamping itu,desain bangunan hemat energi berorientasi pada membatasi lahan terbangun, layout sederhana,ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan.Dan untuk atap-atap bangunannya, banyak dikembangkan menjadi taman atap (roof garden,green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruanghijau bertambah).

Pemanfaatan material bekas atau sisa (daur ulang) untuk bahan renovasi bangunan dapat menghasilkan bangunan yang indah dan fungsional. Sebagai contoh; kusen, daun pintu atau jendela, kaca, teraso, hingga tangga dan pagar besi bekas masih bisa dirapikan dengan memberi sentuhan baru yang dapat menciptakan kesan indah pada bangunan. Selain itu, kini telah terdapat terobosan baru dalam dunia konstruksi mengenai penggunaan material struktur dengan limbah sebagai salah satu komponennya, seperti pemakaian flyash, silica fume pada beton siap pakai dan beton pra cetak. Tidak hanya itu, pada sistem pelaksanaan konstruksi juga memperkenalkan material yang mengurangi ketergantungan dunia konstruksi pada pemakaian material kayu sebagai perancah. Dengan melakukan pemanfaatan material hasil daur ulang dalam pembangunan infrastruktur dapat menekan biaya pengeluaran yang melonjak seiring berjalannya waktu mengingat material yang diproduksi sangat terbatas jumlahnya. Walaupun begitu, kualitasmaterial yang didapat dari proses daur ulang tersebut tetap bagus dan kuat.

Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut menurut I Putu Gede Andy Pandy :

1. Tidak beracun sebelum maupun sesudah digunakan.

2. Dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi lingkungan.

3. Dapat menghubungkan kita dengan alam, dalam arti kita makin dekat dengan alamkarena kesan alami dari material tersebut (misalnya bata mengingatkan kita pada tanah,kayu pada pepohonan).

4. Bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau prosesmemindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk memindahkan materialtersebut ke lokasi pembangunan).

5. Dapat terurai dengan mudah secara alami.

Material yang ramah lingkungan menurut kriteria diatas misalnya; batu bata, semen, batualam, keramik lokal, kayu, dan sebagainya. Ramah lingkungan atau tidaknya material bisa diukur dari kriteria tersebut atau dari salah satu kriteria saja, seperti kayu yang makin sulit didapat, tapi bila dipakai dengan hemat dan benar bisa membuat kita merasa makin dekat dengan alam karena mengingatkan kita pada tumbuh-tumbuhan. Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramahlingkungan.

Untuk kerangka bangunan utama dan atap, kini material kayu sudah mulai digantikan material baja ringan. Isu penebangan liar (illegal logging) akibat pembabatan kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan terhadap penebangan kayu dan kelestarian bumi. Peran kayu pun perlahan mulai digantikan oleh baja ringan dan aluminium.

Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung dari bahan bakunya. Rangka atap dan bangunan dari baja memiliki keunggulan lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan kalkulasi teknik sipil.

Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang (digunakan ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup modern), dengan desain insulasi khusus mengurangi transmisi panas dan bising (hemat energi, hemat biaya), lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi (klasik, kayu).

Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan.

Kehalusan permukaan dan warna bahan bangunan sangat menentukan iklim mikro di sekitar bangunan, warna cerah dan permukaan licin adalah pemantul sinar matahari yang baik dan menaikkan suhu sekitar. Warna gelap dan permukaan kasar akan membantu meredam dan menyerap sinar dan panas matahari. Bahan bangunan berpori mudah meluncurkan panas dan meluncurkannya kembali jika suhu udara disekitarnya menurun. Sangat bijaksana jika memanfaatkan bahan-bahan bangunan alami seperti aslinya untuk pelapis dinding dan lantai luar.



Berikiut adalah contoh contoh pemanfaatan bahan bangunan alami (ramah lingkungan):



1. Batang jerami





Foto: inhabitat.com



Bangunan yang terbuat dari tumpukan batang jerami mengingatkan pada zaman dimana rumah-rumah dibangun menggunakan material yang alami dan diproduksi lokal. Batang jerami yang digunakan untuk menggantikan dinding bata, kayu atau gipsum ternyata dapat menghasilkan insulasi yang sangat baik bila disusun dengan baik. Tidak hanya murah namun juga berkelanjutan karena jerami tumbuh sangat cepat di alam.



2. Beton rumput



Foto: Willie Angus/Flickr via inhabitat.com

Bahan ini biasanya digunakan di jalur pejalan kaki namun memiliki lubang-lubang yang cukup untuk rumput tumbuh di sela-selanya. Bahan ini mengurangi pemakaian beton dan juga bisa menjadi jalan masuknya air hujan ke dalam tanah.



3. Tanah yang dipadatkan



Foto: inhabitat.com

Apalagi yang lebih alami daripada merasakan tanah sebagai lantai rumah? Bahkan sebenarnya dinding yang mirip dengan beton bisa dibuat dengan hanya memadatkan tanah di rangka kayu. Pemadatan tanah adalah teknologi yang digunakan oleh peradaban manusia sejak ribuan tahun lalu dan mampu bertahan lama.



4. HempCrete



Foto: inhabitat.com



HempCrete adalah beton yang dibuat dari serat tanaman hemp. Serat tersebut dicampur dengan kapur untuk membentuk bahan mirip beton namun kuat dan ringan. Karena bahan ini ringan, energi yang diperlukan untuk memindahkan bahan ini menjadi sangat rendah sementara bahannya sendiri tumbuh cepat di alam sehingga berkelanjutan.



5. Bambu



Foto: Carolina Zuluaga/Flickr via inhabitat.com

Bambu merupakan bahan bangunan yang sudah digunakan di beberapa negara selama ribuan tahun. Hal yang paling menjanjikan dari bahan ini adalah kombinasi antara kekuatannya dalam menghadapi tekanan, berbobot ringan, dan sangat cepat tumbuh di alam. Digunakan sebagai rangka bangunan dan untuk bangunan sederhana, bambu bisa menggantikan bahan yang diimpor dan mahal, terutama di daerah pedalaman, bangunan pasca bencana dan untuk daerah yang berpendapatan rendah namun memiliki akses luas terhadap tanaman bambunya.



6. Plastik daur ulang



Foto: inhabitat.com

Daripada memproduksi plastik lagi, para peneliti sekarang membuat bahan bangunan yang didalamnya mengandung plastik daur ulang dan sampah sehingga bisa mengurangi emisi gas rumah kaca. Hasilnya adalah bahan bangunan yang ringan dan membantu mengurangi sampah



7. Kayu



Foto: inhabitat.com

Kayu masih memiliki banyak keunggulan dibanding beton dan baja. Selama tumbuh, kayu menyerap gas CO2 dan cara pengolahannya hingga menjadi bahan bangunan tidak menghabiskan banyak energi. Hutan yang dikelola dengan baik juga bisa berkelanjutan dan memastikan habitat untuk mahluk hidup.







8. Mycelium



Foto: inhabitat.com

Mycelium adalah sejenis jamur dan saat ini bisa menjadi salah satu bahan bangunan dengan cara ditumbuhkan di sekitar bahan-bahan organik seperti batang jerami dan lain-lain. Setelah jamur tumbuh dan menjadi bentuk yang sesuai keinginaan, jamur ini kemudian dikeringkan sehingga menjadi batu bata yang kuat.



9. Ferrock



Foto: Zack Detailer/Flickr via inhabitat.com

Ini adalah bahan baru hasil riset yang mendaur ulang bahan-bahan bekas termasuk di dalamnya debu baja dari industri baja sehingga hasilnya adalah bahan bangunan yang lebih kuat dari beton. Yang lebih menarik lagi, bahan yang unik ini bisa menyerap dan menahan CO2 pada saat proses pengeringan dan pengerasan.

10. Ashcrete



Foto: Alan Stark/Flickr via inhabitat.com

AshCrete adalah bahan bangunan yang menggunakan abu terbang untuk menggantikan semen tradisional. Abu terbang adalah produk sampingan dari hasil pembakaran batubara.



11. Timbercrete



Foto: Public Domain Picture via inhabitat.com

Bahan satu ini dibentuk dari pemadatan bubuk gergaji kayu dicampur dengan semen. Karena bahannya lebih ringan dari beton, proses transportasinya menjadi lebih mudah sementara proses pembentukannya mengurangi sampah.



Sumber :

http://www.academia.edu/9015306/Material_Ramah_Lingkungan

https://www.greeners.co/ide-inovasi/11-macam-bahan-bangunan-lebih-hijau-dibanding-beton/11/

https://sudiana1526.wordpress.com/2013/10/22/material-bahan-bangunan-ramah-lingkungan/

POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL

Universitas Gunadarma