RUMAH ADAT MUSALAKI
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan
provinsi yang terbagi beberapa pulau. Hal inilah yang membuat provinsi NTT
mempunyai banyak suku dengan bebagai perbedaan. Mulai dari suku Antoni,
Lamaholot, Belu, Sumba dan masih banyak lainnya. Setiap suku punyai ikon berupa
rumah adat dengan bentuk dan ciri yang unik.
Bicara tentang rumah adat NTT, maka
tidak bisa dilepaskan dari Rumah Musalaki. Ini merupakan jenis rumah adat dari
suku Lio yang dikenal oleh masyarakat luas. Sebuah icon budaya rumah adat yang
ada di provinsi Nusa Tenggara Timur.
Ø FUNGSI
Nama Musalaki sebetulnya berasal
dari kata dalam bahasa Ende Lio yaitu Mosa dan Laki, Mosa berarti ketua atau
kepala sementara Laki berarti Adat atau suku. Oleh karenanya sesuai nama
tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rumah adat ini memang hanya
difungsikan sebagai tempat tinggal kepala suku atau ketua adat Ende.
Berdasarkan penelusuran data, rumah ada ini juga kerap digunakan sebagai tempat
digelarnya upacara ritual adat, sebagai tempat bermusyawarah untuk memutuskan
suatu keputusan, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan adat atau keagamaan.
Ø Struktur dan Arsitektur Rumah Adat
Untuk menunjang fungsi tersebut,
rumah adat Nusa Tenggara Timur ini disusun dengan ukuran besar dan dengan
struktur yang kokoh. Materialnya sendiri hampir secara keseluruhan berasal dari
alam, mulai dari batu-batuan, kayu, hingga daun-daunan. Material-material
tersebut digunakan untuk semua bagian dari struktur rumah adat Musalaki ini.
Rumah ini berbentuk panggung, di
bawahnya terdapat balai panjang tempat menerima tamu. Tiang-tiangnya berdiri di
atas batu besar sehingga tidak perlu ditanam di dalam tanah. Atapnya terbuat
dari jerami.
Struktur rumah Musalaki sendiri terbagi 4 bagian utama,
yaitu Kuwu Lewa (Pondasi), Maga (Lantai), dan Atap.
a)
Kuwu Lewa (pondasi)
Kuwu Lewa atau pondasi rumah adat
Musalaki terbuat dari batu lonjong yang dipasang vertikal (berdiri). Pandasi
batu ini sebetulnya bukanlah pondasi utama. Rumah adat Musalaki tetap harus
ditopang oleh pondasi kayu, sementara pondasi batu hanya dipasang sebagai
pencegah rubuhnya rumah bila suatu saat terjadi gempa. Pondasi kayu sendiri
selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya lantai juga berfungsi sebagai
penyokong rangka atap rumah.
b) Maga (lantai)
Karena merupakan rumah dengan
struktur panggung, rumah adat Musalaki memiliki lantai gantung yang terbuat
dari susunan papan-papan panjang. Papan pada lantai rumah disusun agak jarang
untuk menjaga kelembaban dalam rumah. Susunan papan sendiri dibuat satu arah
sehingga tidak menimbulkan bunyi saat dipijak. Tingginya lantai tersebut
berkisar antara 60 sd 100 meter dari permukaan tanah. Lantai rumah Musalaki
dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan tingginya. Ada lantai teras (tenda teo)
yang berada di bagian luar dan lantai koja ndawa (ruang dalam). Lantai tenda
teo umumnya lebih tinggi dibandingkan lantai koja ndawa.
c)
Atap
Salah satu bagian unik dari rumah
adat Nusa Tenggara Timur terletak pada struktur atapnya. Atap rumah yang dibuat
dari susunan jerami ini bertumpu pada rangka atap yang terdiri dari saka ubu
(bubungan), kayu palang, jara (kuda-kuda), dan leka reja. Rangka tersebut
membentuk struktur atap yang kemudian terlihat cukup unik dengan bentuk
menjulang tinggi ke atas.